PETALING JAYA (THE STAR/ASIA NEWS NETWORK) – Keputusan Malaysia untuk melarang perdebatan selama pertemuan satu hari Parlemen mendatang pada 18 Mei mencerminkan kemarahan Perikatan Nasional atas mosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin, kata presiden Parti Amanah Negara Mohamad Sabu.
“Jelas, keputusan ini mencerminkan tidak hanya tidak adanya kebijaksanaan dan demokrasi dalam pemerintahan saat ini, tetapi juga menunjukkan kemarahan pemerintah Perikatan pada mosi tidak percaya pada kepemimpinan Muhyiddin,” kata Mohamad.
“Jika Parlemen bukan platform terbuka bagi kita untuk menunjukkan efektivitas sistem demokrasi negara, apakah itu berarti bahwa jalanan akan menjadi platform yang menentukan setelah ini?”
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Kamis (14 Mei), Mohamad mengatakan tidak mengherankan bahwa hanya pidato pembukaan Yang di-Pertuan Agong yang akan diizinkan selama pertemuan Parlemen satu hari.
Dia mengatakan setelah pemerintah Pakatan Harapan digulingkan dalam “Langkah Sheraton” pada bulan Februari, pemerintah Perikatan terus menunjukkan keserakahannya dengan menggulingkan beberapa pemerintah negara bagian di bawah Pakatan.
“Kami sudah mengharapkan mereka bersembunyi di balik alasan ‘cukup politik’, meskipun mereka sendiri yang bersemangat menaklukkan dan memecah belah selama pandemi Covid-19.
“Pemerintah Perikatan bukan hanya ‘pemerintah pintu belakang’, itu juga ‘pemerintah tak berdaya’,” katanya.
Pernyataan Mohamad menggemakan pernyataan Tun Dr Mahathir Mohamad.
Mantan perdana menteri mengatakan pada hari Rabu bahwa keputusan untuk melarang debat tidak memenuhi aturan pertemuan Dewan Rakyat.